Rabu, 14 Desember 2016

PERMASALAHAN PENDIDIKAN

BAB VII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN

A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusi untuk pembangunan. Pembangunan sistem pendidikan berkaitan erat dengan sistem sosial budaya. Karena suatu masalah intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitannya dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu sendiri  termasuk masalah sosial budaya.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia yaitu:
a.       Bagaimana setiap warga negara dapat menikmati pendidikan.
b.      Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didikm dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehdupan bermasyarakat.

     B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
Berdasarkan masalah pokok pendidikan yang dihadapi Indonesia, maka permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu:
1.      Masalah pemerataan pendidikan
Masalah ini timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak ditampung dalam lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan didasarkan atas pertimbangan faktor kuantitatif, karena warga negara perlu diberikan dasar yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan jenjang tinggi, kebijakan pemerataan didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemamampuan anak, keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyakat, kebudayaan, ilmu, dan teknologi agar tercapai keseimbangan antara faktor minat dengan kesempatan memperoleh pendidikan.
Upaya untuk pemerataan pendidikan terus berkembang. Pada Pelita III titik berat diletakkan pada perluasan pendidikan khususnya pada tingkat SD. Dalam realisasinya dicanangkan kebijaksanaan pemerintah yang disebut delapan jalur pemerataan salah satunya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. Dalam Pelita IV menitik beratkan pada peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar serta perluasan kesempatan belajar pada tingkat pendidikan menengah. Dalam Pelita V menitik beratkan pada pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutusetiap jenjang dan jenis pendidikan, serta perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan menengah dalam rangka perluasan wajib belajar untuk pendidikan menengah tingkat pertama.
Usaha pemerataan melelui jalur pendidikan luar sekolah didukung oleh dua faktor yaitu perkembangan IPTEK dan dianutnya konsep pendidikan sepanjang hidup yang tidak memebatasi pendidikan berdasarkan usia dan penyediaan sekolah.

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Langkah-langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pendidikan melalui dua cara yaitu:
1)      Cara konvensional antara lain:
a.       Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan ruangan belajar
b.      Menggunakan gedung sekolah untuk double shift ( sistem pergantian pagi dan sore)
2)      Cara inovatif antara lain:
a.       Sistem Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts System (Intructional Management by parent, Community and Teacher). Sistem tersebut dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
b.      SD kecil pada daerah terpencil.
c.       Sistem Guru Kunjung.
d.      SMP terbuka (ISOSA – In School Out Off School Approach).
e.       Kejar Paket A dan B.
f.        Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.

2.      Masalah mutu pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan.
Permasalahan mutu pendidikan dapat dikelompokkan menjadi dua masalah yaitu yang pertama terletak pada pemrosesan pendidikan dimana kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum,sarana pembelajaran bahkan masyarakat sekitar. Yang kedua mencakup masalah pemerataan mutu.
Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan dimaksudkan agar sistem pendidikan khususnya sistem persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.

Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut :
a.       Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.
b.      Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
c.       Penyempurnaan kurikulum.
d.      Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar.
e.       Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan pembelajaran laboratorium.
f.        Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
g.       Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan:
1)      Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
2)      Supervisi dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas.
3)      Sistem ujian nasional/negara seperti Ebtanas, Sipenmaru/UMPTN.
4)      Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan atatus suatu lembaga.

3.      Masalah efesiensi pendidikan
Masalah efesiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Beberapa masalah efesiensi pendidikan yang penting yaitu:
a.       Bagaimana tebaga kependidikan difungsikan.
b.      Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan.
c.       Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d.      Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Beberapa masalah tersebut dapat diuraikan menjadi:
1)      Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas.
2)      Masalah penempatan guru, khususnya penempatan guru bidang studi yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan.
3)      Masalah pengembangan tenaga kependidikan biasanya terlambat, khususnya saat diberlakukannya kurikulum baru.
4)      Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak efisien sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum.
5)      Diadakannya dan didistribusikannya sarana pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan, sikap dan keterampilan calon pemakai, ataupun tanpa dilandasi konsep yang jelas.

4.      Masalah relevansi pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Umumnya sistem pendidikan (lembaga yang menyiapkan tenaga kerja) memproduksi jumlah luaran yang lebih besar daripada yang dibutuhkan dan jumlah kebutuhan lebih besar daripada pengangkatan, dengan akibat bahwa setiap tahunnya selalu terjadi penumpukan tenaga kerja yang menunggu pekerjaan.
      Dari masalah pemerataan, mutu, efisiensi, dan relevansi pendidikan masing-masing dikatakan teratasi jika pendidikan:
1)      Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar. Artinya semua warga negara yang membutuhkan pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
2)      Dapat mencapai hasil yang bermutu. Artinya perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
3)      Dapat terlaksana secara efisien. Artinya pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
4)      Produknya yang bermutu tersebut relevan. Artinya hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

Keterkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan
            Pada dasarnya pembangunan di bidang pendidikan menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu sekaligus. Namun hal itu sulit karena pada saat upaya pemerataan pendidikan sedang dilancarkan, maka pada saat yang sama mutu pendidikan belum dapat diwujudkan. Ada dua faktor yang memengaruhinya yaitu:
1)      Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat memerlukan banyak penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.
2)      Kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kuarng kompeten, kurikulum yang kuaran mantap, sarana yang tidak memadai, dan sebagainya.
Karena kondisi pelaksanaan pendidikan tidak sempurna, maka pelaksanaan pendidikan khususnya proses pembelajaran tidak berlangsung efesien. Jika demikian, maka hasil dari proses pendidikan itu belum dapat relevan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan.